Kumpulan literatur ilmiah mengenai penyakit-penyakit tidak menular yang dihimpun oleh Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya Angkatan 2011

24 Mar 2013

Osteoporosis


OSTEOPOROSIS


Presented By :
Andi Novitasari (10111001027)
Bunga Ewita (10111001029)
Neny Yunita(10111001030)
Asi Nauli Sitorus (10111001032)
Olga Dwiyani (10111001042)
Lathifa Umami (10111001057)
Nora Nindi Arista (10111001059)

Contact Person:
twitter: @AndiNovita11
Facebook: Bunga Ewita
Email: noranindi@gmail.com



MIND MAP


 Pendahuluan



Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis  sering menyerang mereka yang telah berusia lanjut. Menurut Departemen Kesehatan RI, wanita memiliki resiko osteoporosis lebih tinggi yaitu 21,7%, dibandingkan dengan laki-laki yang hanya berisiko terkena osteoporosis sebanyak 14,8%. Hal ini dikarenakan wanita mengalami proses kehamilan dan menyusui serta terjadinya penurunan hormon estrogen pada saat pre menopause, menopause, dan pasca menopause. [1]
A.    Data kasus penyakit osteoporosis


Catatan pada tahun 2013 di Amerika, patah tulang belakang setiap tahun mencapai 1.200.000 kasus. Ini jauh melebihi jumlah serangan jantung (410.000), stroke (371.000), dan kanker payudara (239.300). bahkan dikatakan bahwa tiap 20 detik, osteoporosis menimbulkan patah tulang.[15]
Menurut hasil analisa data yang dilakukan oleh Puslitbang Gizi Depkes pada 14 provinsi menunjukkan bahwa masalah osteoporosis di Indonesia telah mencapai pada tingkat yang perlu diwaspadai yaitu 19,7%. Itulah sebabnya angka osteoporosis di Indonesia  6 kali lebih besar dari pada negara Belanda. Lima provinsi dengan resiko osteoporosis lebih tinggi adalah Sumatera Selatan (27,7%), Jawa Tengah (24,02%), Yogyakarta (23,5%), Sumatera Utara (22,82%), Jawa Timur (21,42%) dan Kalimantan Timur (10,5%).[2]
B.    Urgensi penyakit osteoporosis dalam kesehatan masyarakat
Osteoporosis merupakan masalah kesehatan dunia (global issue). Hal ini dikarenakan meskipun prevalensi osteoporosis tertinggi di derita oleh wanita usia lanjut, namun berdasarkan penelitian ditemukan bahwa prevalensi kejadian osteoporosis pada pria meningkat dibandingkan sebelumnya. Selain itu diketahui bahwa osteoporosis kini diderita pada kelompok usia yang lebih muda.[5]
Kelalaian dan ketidakwaspadaan mengakibatkan banyak kasus patah tulang bermunculan. Biaya kesehatan untuk masalah yang berkaitan dengan osteoporosis sangatlah besar. 20 miliar Dollar per tahun untuk 250juta penduduk Amerika Serikat dan 940  Poundsterling untuk 60juta penduduk Inggris. Angka-angka ini terus meningkat bersamaan dengan peningkatan jumlah penderita sebesar 10% per tahun.[3]
Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan  akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan monopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Angka ini menunjukkan besarnya populasi yang terancam osteoporosis.[10]

    Definisi Kasus

     Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan kepadatan rendah dan kerusakan umum jaringan tulang. Kerapuhan tulang menyebabkan fraktur yang mewakili aspek klinis utama dari penyakit ini. Ada tiga patah tulang osteoporosis utama dalam: dari tulang, pinggul dan radius distal.[18]
Osteoporosis adalah sebuah penyakit di mana tulang menjadi kehilangan kepadatan, sangat berpori, mudah patah, dan pulih dengan lambat yang terjadi terutama pada wanita menopause. Pada sekitar usia 40, tingkat resorpsi tulang pada manusia mulai melebihi tingkat pembentukan tulang. Wanita mengalami pengeroposan tulang yang lebih cepat setelah menopause, ketika tingkat estrogen menurun. Ketika massa tulang turun di bawah ambang batas tertentu, patah tulang terjadi dengan sedikit atau tanpa trauma.[6]

Faktor-Faktor Risiko Osteoporosis

    1.Wanita
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun.[14] Pada wanita hamil juga sangat berisiko, karena proses pembentukan janin membutuhkan banyak kalsium.[8]
    2.Usia
Seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia 75-85 tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami kehilangan tulang trabekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium menurun dan fungsi hormon paratiroid meningkat.[14]
    3.Ras/Suku
Ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memiliki risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum konsumsi kalsium wanita asia rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90% intoleransi laktosa dan menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan hispanik memiliki risiko yang signifikan meskipun rendah.[14]
    4.Keturunan Penderita Osteoporosis
Jika ada anggota keluarga yang menderita osteoporosis, maka berhati-hatilah. Osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang tertentu. Seperti kesamaan perawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga pasti punya struktur genetik tulang yang sama.[14]
    5. Gaya Hidup Kurang Baik
Konsumsi daging merah dan minuman bersoda, karena keduanya mengandung fosfor yang merangsang pembentukan horman parathyroid, penyebab pelepasan kalsium dari dalam darah.[14]
    6.  Minuman Berkafein dan Beralkohol


Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat menimbulkan tulang keropos, rapuh dan rusak.[14] Hal ini disebabkan kafein dan alcohol menghambat proses pembentukan massa tulang(osteoblas) karena kafein dan alcohol bersifat toksin bagi tubuh. Akibatnya, kalsium untuk membentuk tulang terbuang bersama dengan air seni.[8]
7.  Malas Olahraga
Malas bergerak atau olahraga akan menghambat proses osteoblasnya (proses pembentukan massa tulang). Selain itu kepadatan massa tulang akan berkurang. Semakin banyak gerak dan olahraga maka otot akan memacu tulang untuk membentuk massa.[14]
8.Merokok         
Ternyata rokok dapat meningkatkan risiko penyakit osteoporosis. Perokok sangat rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya mempercepat penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses pelapukan.[14]
9.  Kurang Kalsium
Jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang.[14]
10. Mengkonsumsi Obat
Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada penyakit asma dan alergi ternyata menyebabkan risiko penyakit osteoporosis. Jika sering dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi massa tulang. Sebab, kortikosteroid menghambat proses osteoblas. Selain itu, obat heparin dan antikejang juga menyebabkan penyakit osteoporosis. Konsultasikan ke dokter sebelum mengkonsumsi obat jenis ini agar dosisnya tepat dan tidak merugikan tulang.[14]
11.  Kurus dan Mungil
Perawakan kurus dan mungil memiliki bobot tubuh cenderung ringan misal kurang dari 57 kg, padahal tulang akan giat membentuk sel asal ditekan oleh bobot yang berat. Karena posisi tulang menyangga bobot maka tulang akan terangsang untuk membentuk massa pada area tersebut, terutama pada derah pinggul dan panggul. Jika bobot tubuh ringan maka massa tulang cenderung kurang terbentuk sempurna.[14]
 12. Stres
Kondisi stres akan meningkatkan produksi hormon stres yaitu kortisol yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Kadar hormon kortisol yang tinggi akan meningkatkan pelepasan kalsium kedalam peredaran darah dan akan menyebabkan tulang menjadi rapuh dan keropos sehingga meningkatkan terjadinya osteoporosis.[11]
13. Bahan kimia
Bahan kimia seperti pestisida yang dapat ditemukan dalam bahan makanan (sayuran dan buah-buahan), asap bahan bakar kendaraan bermotor, dan limbah industri seperti organoklorida yang dibuang sembarangan di sungai dan tanah, dapat merusak sel-sel tubuh termasuk tulang. Ini membuat daya tahan tubuh menurun dan membuat pengeroposan tulang.[11]
Pencegahan Kasus Osteoporosis


a.       Pencegahan Primer (tingkat pertama)
-        Hindari konsumsi kafein karena kafein mempermudah pengeluaran kalsium dari tubuh [8]
-    Konsumsi bawang. Pada penelitian pd tikus yang diberi bawang , mengalami penurunan 20% resiko pengeroposan tulang. [8]
-        Kurangi konsumsi protein yang berlebihan [8]
-        Intinya menerapkan pola hidup sehat : diet dengan makan buah, sayur, biasakan berolahraga, tidak merokok [8]
-        Biasakan perilaku (lifestyle) yang sehat [4]
-   Perbanyak konsumsi sumber kalsium seperti susu, keju rendah lemak, skim, yogurt tanpa lemak, makarel dan ikan [16]
-      Hindari stress dan selalu bergembira dalam setiap situasi dan tidak loyo dalam berusaha. [16]
-        Makan sayuran hijau yang banyak mengandung kalsium dan ditambah dengan kalium dan vitamin K untuk memblokir hilangnya kalsium dari tulang. [16]

b.  Pencegahan sekunder (tingkat kedua)

Saat seseorang terkena osteoporosis :
-        Pemeriksaan rontgen tulang yang dilihat dari penipisan korteks (lapisan keras tulang) dan lapisan keras bagian luar tulang (periosteum) kelihatan lebih halus [13]
-        Pada tahap awal kejadian osteoporosis , yang diperiksa adalah : kadar Ca dan P, serta laju endap darah, kadar alkalin phosphatase darah [8]
-        Pada wanita penderita osteoporosis seriud ditambahkan hormon estrogen 0.25 – 1.25 mg/hari [8,4]
-     Obat yang sesuai petunjuk dokter : golongan Bifosfonat , pemberian SERM ( Selective Estrogen Receptor Modulator) sebagai alternatif estrogen, metabolit vitamin D (kalsitriol), Strontium Ranelate [4]
-        Tindakan operasi tulang (Bones Surgery) yang banyak dilakukan di negara maju jika sudah terjadi patah tulang [4]
                       
c. Pencegahan Tersier (tingkat ketiga)
-         Pemberian kursi roda (wheelchair) bagi penderita cacat [13]
-           Melakukan check-up yang rutin [13]
-          Pemberian suplemen penguat tulang (penambah kalsium)
-          Membiasakan berolahraga walau dalam skala yang kecil [8]
-          Pemberian gips / pen pada tulang yang rusak (patah) [8]

Penelitian berkaitan dengan osteoporosis
                           
1.  Penelitian hubungan usia dan  jenis kelamin dengan  kejadian osteoporosis di desa cijambu kecamatan tanjung sari
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia dan jenis kelamin dengan kejadian osteoporosis di Desa Cijambu Kecamatan Tanjungsari. Hasil penelitian menunjukkan kejadian osteoporosis lebih banyak terdapat pada perempuan dibandingkan laki-laki dan paling banyak terdapat pada usia 45-59 tahun. Untuk kejadian osteoporosis, sebagian besar mempunyai resiko rendah yaitu sebesar 60% dan resiko tinggi hanya 11%, . Untuk korelasi dapat diketahui memiliki hubungan yang signifikan antara usia dan kejadian osteoporosis di Desa Cijambu (p value < 0,05). Sedangkan untuk jenis kelamin, tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian osteoporosis. (p value ≥ 0,05).[12]

2.      Penelitian faktor-­faktor resiko osteoporosis dengan tingkat resiko osteoporosi pada lansia di PSTW sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman tahun 2010
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan faktor-­faktor resiko osteoporosis dengan tingkat resiko osteoporosis pada lansia di PSTW sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman tahun 2010, maka dapat diambil kesimpulan diantaranya :
a.       Lebih dari separuh (62,5%) lansia yang menjadi responden di PSTW Sabai Nan aluih Sicincin Padang Pariaman adalah laki-laki, lebih dari separuh (58,3%) berumur antara 60-70 tahun, sebagian besar (79,2%) lansia berada pada tingkat resiko tinggi osteoporosis dan 20,8% berada pada tingkat resiko sedang osteoporosis.
b.      Sebanyak 43 orang lansia yang tidak terpenuhi asupan kalsiumnya, sebagian besarnya (86%) berada pada tingkat resiko tinggi osteoporosis. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan kalsium dengan tingkat resiko osteoporosis. Sebanyak 3 orang lansia yang tidak terpenuhi vitamin D, lebih dari separuhnya (66,7%) berada pada tingkat resiko tinggi osteoporosis. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara vitamin D dengan tingkat resiko osteoporosis.
c.       Sebanyak 40 orang lansia yang memiliki riwayat olahraga tidak teratur, sebagian besarnya (87,5%) berada pada tingkat resiko tinggi osteoporosis. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan kalsium dengan tingkat resiko osteoporosis. Sebanyak 38 orang lansia yang memiliki riwayat sebagai perokok, sebagian besarnya (86,8%) berada pada tingkat resiko tinggi osteoporosis. Terdapat hubungan yang bermakna antara merokok dengan tingkat resiko osteoporosis.[17]

3.      Penelitian Tebaco and osteoporosis
Bukti terkuat efek merokok dalam menurunkan kepadatan mineral tulang berasal dari analisis meta-yang dianggap 29 studi dan menyimpulkan bahwa sekitar satu dari delapan patah tulang pinggul disebabkan merokok. Perokok kehilangan tulang pada tingkat yang lebih cepat dibandingkan non-perokok, dan pada usia 80 ini dapat diterjemahkan ke dalam kepadatan tulang 6% lebih rendah mineral. Hip risiko patah tulang di kalangan perokok lebih besar di segala usia, tetapi naik dari 17% lebih besar pada usia 60 menjadi 71% pada usia 80 dan 108% pada usia 901. Risiko yang lebih rendah pada perokok, menunjukkan manfaat dari berhenti merokok dalam memperlambat laju pengeroposan tulang.[7]

 Kesimpulan
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan kepadatan rendah dan kerusakan umum jaringan tulang. Kerapuhan tulang menyebabkan fraktur yang mewakili aspek klinis utama dari penyakit ini. Ada tiga patah tulang osteoporosis utama dalam: dari tulang, pinggul dan radius distal.[18]. Faktor-faktor resiko osteoporosis diantaranya yaitu wanita, usia, ras / suku,keturunan penderita osteoporosis, gaya hidup kurang baik,minuman berkafein dan beralkohol, malas olahraga, merokok,dan kurang kalsium.[14, 11, 8] Pencegahan osteoporosis dapat dilakukan dengan pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.[4,8,13,16]


Relevant Videos On Youtube Click The Title Bellow :



DAFTAR PUSTAKA
[1]Depkes. 2001. “Pedoman Penyuluhan Cara Menyusui yang Baik” [Online]. www.depkes.go.id . (diakses 13 Maret 2013)
[2]Depkes. 2004. “Kecendrungan Osteoporosis di Indonesia 6 Kali Lebih Tinggi Dibanding Negeri Belanda” [Online]. www.depkes.go.id. (diakses 13 Maret 2013)
[3]Gomez, Joan. 2006. Awas Pengeroposan Tulang, bagaimana Menghindari dan Menghadapinya. Jakarta:Penerbit Arcan
[4]Ho SC et al. Sodium is the leading dietary factor associated with urinary calcium excretion in Hong Kong Chinese adults. Osteoporosis International. 2001; 12, 723-731
[5]Ilyas, Muhammad. 2006. Perbandingan Morfometri Vertebrata Lumbal dengan Metacarpal untuk Mendeteksi Dini Osteoporosis di RS. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Jurnal Merdeka Nusantara, Vol.27 No.4 October-Desember 2006. Makassar
[6]Kamus Kesehatan. 2012. “Arti Osteoporosis” [online]. http://kamuskesehatan.com/arti/osteoporosis/.
    (diakses 22 Maret 2013)
[8]Lubis Yatim, Faisal, 2000. Osteoporosis (Penyakit Kerapuhan Tulang Pada MANULA).Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
[9]Matkovic V et al. Urinary calcium, sodium and bone mass of young females. American Journal of Clinical Nutrition. 1995; 62, 417-425
[10]Mediacastore. 2007. “Penyakit Osteoporosis” [online]. www.medicastore.com. (diakses 13 Maret 2013)
[11]Psychologymani. . 2012. Faktor risiko osteoporosis [online].
[12]Sari. 2010 “Hubungan usia dan jenis kelamin dengan kejadian osteoporosis di desa cijambu kecamatan tanjung sari” http://jurnal.unpad.ac.id/mku/article/view/135 (diakses 24 maret 2013)
[13]Shinta Sunaryati, Septi.2011.14 Penyakit Paling Sering Menyerang Dan Sangat Mematikan.Jogjakarta: Flashbooks
[15]Tandra, Hans. 2009. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Osteoporsis, Mengenal, Mengatasi, dan Mencegah Tulang Keropos. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
[16]The Reader's Digest Association, Inc., 2013. http://www.rd.com/health/15-tips-for-preventing-osteoporosis/ [accesed 14/13/2013]
[17]Wedya,febri. 2010. Hubungan faktor-faktor resiko osteoporosis dengan tingkat resiko osteoporosis pada lansia di PSTW sabai aluih sicincin”[online]. http://repository.unand.ac.id/17975/1/HUBUNGAN%20FAKTOR-FAKTOR%20RESIKO%20OSTEOPOROSIS%20DENGAN%20TINGKAT%20RESIKO%20OSTEOPOROSIS%20PADA%20LANSIA%20DI%20PSTW%20SABAI%20NAN%20ALUIH%20SICINCIN.pdf (diakses 24 maret 2013)
[18]WHO. 1999. “osteoporosis” [online]. http://www.who.int/inf-pr-1999/en/pr99-58.html [online]. (diakses 25 Maret 2013)

26 komentar:

  1. assalamualaikum
    mau tanya ya buat klp osteo.
    osteoporosis kan kebanyakan dialami orang yg lansia, tp apakah remaja atau orang yang umurnya antar 15-25 tahun bisa mengalami osteo ? jika ya kasih alasan knapa dan faktor pnyebab utmanyaa. jika tidak kasih alasan jg ya. trima kasih :) (by : Fira Agnestasya (10111001006))

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih untuk pertanyaannya..
      osteoporosis sekarang ini juga mengincar dan mulai menghampiri kaum muda.
      Mengkonsumsi nutrisi kurang tepat(kurang kalsium dan Vitamin D)bukan hanya sebagai penyebab utamanya. Gaya hidup tidak sehat seperti kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol dan minuman soda, kurang olahraga dan obesitas tercatat sebagai penyebab osteoporosis pada kaum muda.

      untuk lebih lengkap baca juga
      -> wwww.trikdiet.com/osteoporosis-juga-menghantui-para-remaja.html
      -> www.palembangdotkom.com/2013/03/26/hati-hati-tulang-keropos-bisa-terjadi-di-usia-muda/

      semoga membantu.. ~(‾▿‾~)(~‾▿‾)~

      Hapus
  2. pertanyaan dari kelompok asma :
    berapakah OR/RR pada setiap masing-masing faktor resiko osteoporosis?
    dan apakah orang yang memiliki kolesterol yang tinggi bisa menyebabkan osteoporosis?
    terima kasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih untuk pertanyaannya..

      OR/RR faktor resiko osteoporosis berdasarkan penelitian berikut:
      -> penelitian "IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO OSTEOPOROSIS PADA WANITA PASCA MENOPAUSE" oleh Harun, Josephine LT, Eddy R Moeljono; Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran; Universitas Hasanuddin
      penelitian menggunakan Cross sectional Study
      hasil : 360 wanita pasca menopause, didapatkan 150 wanita pasca menopause mengalami osteoporosis dan 210 wanita pasca menopause non osteoporosis. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok wanita pasca menopause yang mengalami osteoporosis dibandingkan non osteoporosis berdasarkan umur (uji Chi square,p=0,000), mean lama menopause (13,76±8,79 tahun vs 8,99±6,70 tahun ,p=0,000), berat badan (52,41±10,62 vs 57,94±8,98, p=0,000), indeks massa tubuh (22,84±4,20 vs 25,00±3,45 ,p=0,000)
      - olahraga weightbearing (uji Chi square,p=0,000 dan OR=4,30 dengan 95% CI 2,70–6,84)
      - konsumsi suplemen kalsium (uji Chi square,p=0,000, OR=5,31 dengan 95% CI 3,35–8,41)
      - konsumsi suplemen Vitamin D (uji Chi square, p=0,000 dan OR=7,32 dengan 95% CI 4,08–13,15)
      - olahraga disertai konsumsi suplemen kalsium dan vitamin D secara bersamaan (uji Chi square p=0,000 dan OR=9,99 dengan 95% CI 4,44–22,50).
      Kesimpulan: Faktor umur berhubungan langsung dengan osteoporosis, sedangkan faktor berat badan berhubungan terbalik dengan osteoporosis, faktor olahraga weightbearing , konsumsi suplemen kalsium dan suplemen vitamin D merupakan faktor risiko terjadinya osteoporosis bila tidak dilakukan hal tersebut.
      sumber: http://med.unhas.ac.id/obgin/index.php?option=com_content&task=view&id=165&Itemid=63

      -> penelitian "FAKTOR DETERMINAN RISIKO OSTEOPOROSIS DI TIGA PROVINSI DI INDONESIA" oleh Sri Prihatini, Vita Kartika Mahirawati, Abas Basuni Jahari, Herman Sudirman
      Penelitian ini telah dilakukan di Sulawesi Utara, Yogyakarta dan Jawa Barat. Dua kabupaten yang dipilih di setiap provinsi. Sampel adalah 2.430 orang dewasa berusia 25-70 tahun. Data yang dikumpulkan adalah asupan gizi, usia, jenis kelamin, riwayat penyakit, BMI, keluarga berencana, dan gaya hidup. Kepadatan tulang diukur dengan LG kepadatan tulang klinis. Analisis multivariat mengidentifikasi berbagai faktor yang terkait dengan risiko osteoporosis.
      Hasil: Proporsi risiko osteoporosis di 3 provinsi yang 22,3% adalah risiko osteoporosis dan 32,7% adalah osteopenia. Proporsi risiko osteoporosis yang tertinggi di Sulawesi Utara (27,7%). Analisis multivariat menunjukkan faktor penentu pada pria :
      - aktivitas fisik(OR: 0,68, Cl :0,486-0, 957)
      - status gizi BMK18.5 (OR: l, 59, CI: 1,121-2,265)
      - usia ≥ 55 tahun, OR: 4,5, CI: 3,183-6,368)
      pada wanita :
      aktivitas fisik (OR: 0,57, CI :0,429-0, 768)
      status gizi BMK18.5 (OR: l, 9, CI: 1,457-2,543)
      usia ≥ 55 tahun (OR: 4,98, CI: 3,442-7,208)
      menopause (OR: 1,58, CI: 1,074-2,328)
      produk hormon kontrasepsi (OR: 0,58, CI :0,377-0, 894).
      Kesimpulan: Faktor penentu risiko osteoporosis pada pria secara fisik aktivitas, status gizi, dan usia, dan wanita yang secara fisik aktivitas, status gizi, usia, menopause dan kontrasepsi.
      sumber : http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/787

      semoga bermanfaat ~(‾▿‾~)(~‾▿‾)~

      Hapus
    2. about kolesterol..
      sepengetahuan saya, kolesterol yang tinggi akan memicu penyakit yang berhubungan dengan pemmbuluh darah, memicu ateroclorosis. Komplikasi aterosklerosis pada beberapa bagian tubuh bisa mengakibatkan, stroke, kegagalan fungsi ginjal, kerusakan penglihatan dan penyakit jantung koroner.
      sejauh ini belum ada saya temukan penelitian yang menyebutkan bahwa kolesterol tinggi merupakan penyebab osteoporosis.

      :: just Info ::
      selain itu sebenarnya kolesterol membantu pembentukan dinding sel tubuh, pembentuk vitamin D yang penting bagi kesehatan tulang, membantu pembentukan hormon seperti testosteron, estrogen, dan progesteron. pada wanita kekurangan hormon ini menyebabkan osteporosis.

      semoga jawabannya membantu ~(‾▿‾~)(~‾▿‾)~

      Hapus
  3. Assalamualaikum..
    saya ingin bertanya kpd klpok osteoporosis, pada pencegahan tingkat pertama dituliskan bahwa "konsumsi bawang. Pada penelitian tikus yang diberi bawang , mengalami penurunan 20% resiko pengeroposan tulang". yang ingin saya tanyakan, tolong jelaskan kandungan apa yg terdapat dalam bawang sehingga bisa mencegah terjadinya osteoporosis? dan tolong jelaskan secara singkat penelitian ttg tikus yg dikatakan mngurangi resiko 20% pengeroposan tulang tsb. terima kasih :)

    LAILATUL RAHMAH (10111001008)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikumsalam..
      terimakasih untuk pertanyaannya..

      :: kandungan ::
      Dalam hal ini bawang bombay, sebenarnya selain sebagai bumbu masakan bawang juga memiliki kandungan gizi yang tinggi, tidak hanya sebagai pencegah osteoporosis. bawang juga memiliki kandungan diantaranya allicin, asam amino, kalsium, mangan, sodium, sulfur, vit C, vit E, minyak atsiri, quercitin dan curcumin yang dapat menguatkan tulang, menurunkan kadar gula dan kolesterol, serta mencegah kanker, diabetes, hipertensi, stroke, dan penyakit jantung.

      Penelitian
      Menurut publikasi pada The Journal of Agricultural and Food Chemistry, bawang bombai mengandung komponen gamma-L-glutamyl-trans-S-1-propenyl-L-cysteine sulfoxide yang dapat menghambat osteoclast, yaitu sel-sel pengurai tulang. Agar tulang tetap sehat dan terhindar dari osteoporosis, aktivitas osteoblast (sel-sel pembentuk tulang) harus lebih besar dari osteoclast. Tim dari University of Ben di Swiss pernah meneliti manfaat bawang bombai terhadap tulang. Hasilnya menyebutkan bahwa konsumsi bawang bombai setiap hari selama 4 minggu meningkatkan konsentrasi kalsium penguat tulang hingga 17 persen.

      :: Penelitian pada tikus ::
      Bawang bombai juga mencegah keropos tulang pada tikus betina yang rahimnya diangkat, yang secara alami lebih mudah mengalami keropos tulang karena tidak mampu lagi menghasilkan hormon estrogen, seperti yang dialami oleh perempuan menopause. Khasiat ini diduga karena kandungan mineral antioksidan yang tinggi pada bawang bombai, terutama belerang.

      Karena itu, bawang bombai disarankan untuk lebih sering dikonsumsi oleh perempuan yang sudah mengalami menopause. Perempuan menopause mempunyai risiko mengalami osteoporosis lebih besar daripada yang berada di usia produktif. Selain itu, bawang bombai juga dapat menggantikan peran kalsium untuk mencegah osteoporosis bagi yang mengalami kekurangan kalsium.

      silahkan kunjungi
      -> http://sehat-secara-alami.blogspot.com/2008/03/bawang-bombai-kuatkan-tulang.html

      Semoga Bermanfaat ~(‾▿‾~)(~‾▿‾)~

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Asalamu'alaikum
    teman-teman saya ingin bertanya nih....
    1. apakah ada hubungan yang berarti antara orang dengan gagal ginjal untuk cendrung mengalami osteoporosis?
    2. apakah orang dengan osteoporosis akan rentan mengalami anemia mengingat sel darah merah di bentuk di sumsum merah tulang pipih? berapa besar prevalensinya? mohon penjelasan sejelas-jelasnya
    terima kasih.....
    #hamasah
    BY: SRI LESTARI(10111001021)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa`alaikumsalam,
      terimakasih pertanyaannya,saya akan mencoba menjawab..
      1. Ada, Penyakit osteoporosis dapat terjadi pada penderita gagal ginjal karena kegagalan ginjal untuk menghasilkan vitamin D bentuk aktif dan ketidakmampuan ginjal untuk membuang zat fosfor, yang mana vitamin D sangat penting bagi kesehatan tulang karena berperan dalam penyerapan kalsium di lambung dan saluran pencernaan. Tanpa vitamin D yang cukup, tubuh kita tidak akan mampu menyerap kalsium dengan baik sehingga memiliki tulang yang lemah. Vitamin D adalah pro-hormon yang digunakan tubuh kita untuk mengangkut kalsium dari pencernaan melalui darah menuju ke tulang, jantung, otak, paru-paru dan organ lain yang memerlukannya.selain itu ketidakmampuan ginjal tuk memebuang zat fosfor yang berlebih dapat menyedot/menghisap kalsium dari tulang-tulang dan menyebabkan osteoporosis dan patah/retak tulang.

      jwbn no 2nya nyusulnya,,,
      semoga bermanfaat

      Hapus
    2. wa'alaikumsalam..
      saya mencoba menjawab pertanyaan no. 2

      :: penelitian :: "Study Examines Bone Mineral Density and Anemia in Postmenopausal Women "
      Baru-baru ini, para peneliti mengamati hubungan antara kepadatan mineral tulang (BMD) dan anemia pada wanita postmenopause (dengan dan tanpa osteoporosis) di Turki. Sebanyak 371 wanita postmenopause berpartisipasi dalam penelitian ini.
      Tim peneliti menemukan bahwa rasio peserta studi yang memiliki LBM (masa tulang rendah) di tulang paha (p <0,002) dan tulang belakang (p <0,002) secara signifikan lebih tinggi pada wanita yang mengalami anemia.
      Mereka menyimpulkan bahwa anemia merupakan prediktor independen dari massa tulang yang rendah di tulang belakang setelah disesuaikan untuk indeks massa tubuh dan pembaur lainnya pada wanita menopause yang tinggal di Turki.
      penelitian lebih lengkap di http://www.endocrineweb.com/professional/research-updates/osteoporosis/anemia-osteoporosis-there-connection

      jadi intinya dalam penelitian ini lebih menyebutkan anemia sebagai prediktor masa tulang rendah. dalam hal ini, anemia sebagai faktor sekunder dari osteoporosis. bukan osteoporosis yang menyebabkan anemia.

      semoga jawabannya membantu ~(‾▿‾~)(~‾▿‾)~

      Hapus
  6. Briyan Pramudityo
    10111001043

    salah satu faktor resiko dari osteo adalah wanita karena hormon estrogen yang menurun. bagaimana dengan pria, apakah ada pengaruh hormon tertentu yang bisa mempengaruhi kejadian osteo pada pria?

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih untuk pertanyaannya..
      pada pria, hormon juga berpengaruh dalam kejadian osteoporosis. bagi pria yang mengalami hipogonadisme (kadar testosteron rendah) juga bisa menjadi penyebab sekunder osteoporosis. Fungsi testosteron sama dengan estrogen, yaitu memperkuat tulang dan mencegah pengeroposan tulang. Karena itu, kekurangan hormon testosteron mengakibatkan munculnya osteoporosis.

      semoga bermanfaaat ~(‾▿‾~)(~‾▿‾)~

      Hapus
  7. Jesica Joana Khalim (10111001031)

    Mengapa perempuan yang sudah menopause termasuk beresiko tinggi terkena osteoporosis dan dianjurkan memeriksa osteoporosis ?
    Trimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih untuk pertanyaannya

      sebagian besar wanita, setelah monopouse, kecepatan kehilangan tulang menjadi lebih tinggi karena level hormon esterogen yang menurun dengan cepat. Dalam kenyataanya 5-7 tahun setelah monopouse, wanita kehilangan 20% dari kepadatan tulangnya. disinilah osteoporosis dapat terjadi, karena itu bagi wanita yang sudah monopouse dianjurkan untuk memeriksa osteoporosisnya..

      semoga bermanfaat ~(‾▿‾~)(~‾▿‾)~

      Hapus
  8. Pertanyaan dari kelompok diabetes
    Mengapa kita harus menghindari konsumsi protein ? bukankah segelas susu berkalsium juga mengandumg proteun ?
    tolong dijelaskan apa yang terjadi didalam tubuh pada saat seseorang yang mengkonsumsi protein berlebih sehingga dapat terkena diabetes
    mkash ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. maaf, jika maksud pertanyaan anda ialah osteoporosis maka saya akan mencoba menjawab,,

      kita tidak harus menghindari konsumsi protein hanya saja kita tidak diperbolehkan mengkonsusmsi protein secara berlebih.Menurut dr. Fiastuti Witjaksono Sp.GK, dalam acara media workshop menyambut Bulan Osteoporis Nasional yang diadakan Fonterra Brands di Jakarta (29/9/2011), Kekurangan protein bisa menyebabkan tulang rapuh karena di dalam massa tulang terdapat protein khas yang disebut osteokalsin, namun protein tidak boleh berlebihan karena protein yang berlebihan akan dibuang oleh tubuh dan menarik kalsium sehingga cadangan kalsium kita berkurang yang dapat menyebabkan osteoporosis. sehingga sangat tidak disarankan untuk melakukan diet tinggi protein karena bisa berdampak pada tulang.

      Hapus
    3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    4. iya maksud kami osteoporosis
      terimakasih jawabannya

      Hapus
  9. Saya Herman Brawijaya (10111001047) atas nama pribadi ingin bertnya...

    Kalsium unsur penting dlm penyakit osteoporosis...
    Bagaimna menyeimbangkn perann hormon kalsitonin dan parathormon yg bekerja antagonis, di satu sisi mnyerap kalsium darah di sisi lain melepas kalsium darah?
    Bukankh dgn demikian akan membuat ktidakstabilan kalsium n mningkatkn risiko osteoporosis? atau bagaimna?

    trima ksih atas jawabanny,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Parathormon merupakan hormon yang bersama dengan kalsitonin mengatur kadar kalsium tubuh. Kalsium banyak diperlukan tubuh, seperti untuk kerja saraf dan otot. Jika kadar kalsium dalam darah berkurang karena nutrisi makanan yang kurang kalsium, kebutuhan kalsium akan diambil dari tulang oleh parathormon. Jika kadar kalsium sudah cukup atau terlalu tinggi, hormon kalsitonin akan menghambat pelepasan kalsium dari tulang.
      Parathormon berfungsi meningkatkan ion Ca dalam darah dengan cara mengambil ion tersebut dari tulang. jika sudah seimbang dalam darah sekresi hormon ini seharusnya berhenti. kelainan sekresi parathormon secara terus menerus ini terjadi pengambilan ion Ca di tulang secara terus menerus, akibatnya Ca di tulang berkurang sehingga membuat tulang menjadi rapuh. kondisi hiperkalsemia dalam plasma darah juga menyebabkan gangguan pada sistem ekskresi, penumpukan ion Ca dalam ginjal inilah yang menyebabkan batu ginjal. kondisi hiperkalsemia sebenarnya akan diantisipasi oleh hormon kalsitonin, untuk menyimpan ion Ca ke dalam tulang, namun hiperkalsemia yang berlebihan mengakibatkan efektifitas kerja kalsitoninpun menjadi berkurang.

      Hapus
  10. assalamu'alaikum wr. wb
    saya Niken Tri Gusti (10111001015) ingin bertanya, apakah orang yang punya riwayat hidup terkena patah tulang memiliki resiko lebih besar daripada yang tidak pernah patah tulang?jika ia, bagaimana mekanismenya?tapi jika tidak, apa alasan?terima kasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  11. Waalaikumsalam wr. wb

    saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari saudari niken

    Orang yang punya riwayat hidup terkena patah tulang belum pasti terkena osteoporosis. sejumlah orang berpendapat bahwa patah tulang akibat luka berat ini mungkin juga ada hubungannya dengan osteoporosis. pendapat ini belum pasti karena tergantung pada tingkat lukanya.
    Mengalami satu atau lebih patah tulang dalam riwayat kesehatan pribadi membuat seseorang tsb harus menjalani tes kepadatan tulang lebih dini (saat menopause atau sebelum menopause biasanya pada usia akhir empat puluhan atau awal lima puluhan.
    Riwayat patah tulang belakang dan pinggul meerupakan tanda penting frekuensi patah tulang pada masa depan. hampir setiap orang yang pernah mengalami satu diantara patah tulang ini tanpa mengalami luka berat harus mengonsumsi obat untuk osteoporosis, bahkan jika hasil kepadatan tulangnya tidak begitu rendah.
    Orang yang sudah mengalami patah tulang berupa kecelakaan berat yang menyebabkan patah tulang terutama dewasa pada usia 35 tahun keatas beresiko terkena osteoporosis karena osteoblas pada tulang membutuhkan waktu yang lama untuk memperbaiki kerangka sehingga memungkinkan bagi kerangka dalam meningkatkan ukuran, kepadatan dan kekuatan pertumbuhan tulang yang selama periode ini melambat. pada orang dewasa proses ini memakan waktu tujuh sampai sepuluh tahun.
    Orang yang mengalami kecelakaan yang mengakibatkan patah tulang dibawah usia 35 tahun belum tentu beresiko terkena osteoporosis sedangkan seseorang yang mengalami patah tulang akibat kecelakaan di usia lebih dari 35 tahun beresiko terkena osteoporosis tergantung berat ringannya luka/patah tulang yang dialami.

    sumber:
    1. http://www.news-medical.net/health/Osteoporosis-Causes-(Indonesian).aspx
    2. http://books.google.co.id/books?id=75_2nHrVHCwC&pg=PA100&lpg=PA100&dq=hubungan+antara+riwayat+patah+tulang+dengan+osteoporosis&source=bl&ots=CnfhL9liKH&sig=b07SsSmWjxG8UuClcXOMgTz9x6U&hl=id&sa=X&ei=h99WUeGAKsvNrQfWuIGQBQ&sqi=2&redir_esc=y#v=onepage&q=hubungan%20antara%20riwayat%20patah%20tulang%20dengan%20osteoporosis&f=false

    BalasHapus
  12. terima kasih gan infonya,
    sangat bermanfaat untuk kesehatan kita,,,
    Tips Kesehatan dan Kecantikan

    BalasHapus